Op-Amp atau Operational Amplifier merupakan salah satu jenis komponen elektronika berfungsi sebagai penguat operasional atau penguat sinyal. Op-Amp memiliki jangkauan frekuensi yang luas dan penguatan yang tinggi. Oleh karena itu, Op-Amp mampu menguatkan perbedaan potensial antara dua inputnya dalam skala yang besar. Op-Amp memiliki dua input, yaitu inverting, non-inverting dan satu output. Input inverting menandakan negative (-) dan non-inverting menandakan positif (+). Setiap input terhubung ke terminal yang dapat menerima sinyal tegangan. Sedangkan output-nya hasil dari penguatan terhadap perbedaan tegangan antara kedua input ini.
Op-Amp mampu untuk menguatkan sinyal masukan. Gain adalah perbandingan antara perubahan tegangan output dengan perubahan tegangan input sehingga dapat menghasilkan output yang jauh lebih besar daripada input-nya. Op-Amp memiliki feedback yang merupakan konsep kunci dalam penerapan Op-Amp. Menghubungkan bagian output Op-Amp kembali ke inputnya melalui komponen feedback, seperti kapasitor dan resistor yang memungkinkan kita untuk dapat mengontrol penguatan dan karakteristik lainnya. Op-Amp memiliki beberapa mode operasi yang tergantung bagaimana inputnya dikonfigurasi. Mode tersebut yaitu mode penguat tak berbalik dan penguat berbalik. Mode penguat tak berbalik memiliki penguatan positif dan mode penguat berbalik memiliki penguatan negatif. Op-Amp dalam rangkaian elektronika dapat digunakan sebagai penguatan sinyal, filter, komparator, oscillator, penguat differensial dan lain sebagainya.
Karakteristik Op-Amp
1. Op-Amp dikenal karena kemampuannya dalam penguatan sinyal. Penguatan sinyal tersebut dinyatakan sebagai rasio antara perubahan tegangan output dengan perubahan tegangan input. Gain ini dapat mencapai ribuan kali lipat. Perlu diingat bahwa penguatan maksimum tergantung pada daya pasokan dan karakteristik Op-Amp.
2. Op-Amp memiliki impedansi input dan impedansi output. Impedansi input adalah resistansi yang dilihat oleh sinyal input ketika memasuki Op-Amp. Impedansi output adalah resistansi yang dilihat oleh sinyal output ketika keluar dari Op-Amp. Impedansi input sangat tinggi (mendekati tak terbatas) dan impedansi output sangat rendah (mendekati nol). Hal ini memastikan bahwa Op-Amp tidak mempengaruhi sumber sinyal input dan memberikan output yang kuat.
3. Setiap Op-Amp
memiliki tegangan offset. Tegangan offset yaitu perbedaan
tegangan yang diperlukan pada inputnya untuk mencapai nol pada output
ketika tidak ada sinyal masukan. Tegangan offset dapat memengaruhi
akurasi penguatan,
terutama ketika sinyal input sangat kecil.
4. Ketidakseimbangan dapat menyebabkan gangguan dalam penguatan dan akurasi. Offset arus muncul sebagai arus keluaran ketika tegangan input adalah nol. Keduanya memengaruhi performa Op-Amp, terutama dalam aplikasi yang membutuhkan akurasi tinggi.
5. Op-Amp menghasilkan kebisingan yang berasal dari berbagai sumber, seperti termal, sumber daya dan komponen internal. Kebisingan dapat membatasi kemampuan Op-Amp untuk menguatkan sinyal rendah.
6. Op-Amp memerlukan daya dan tegangan pasokan yang sesuai agar dapat beroperasi dengan baik. Tegangan pasokan yang tidak sesuai dapat menyebabkan distorsi pada output dan kinerja yang buruk. Op-Amp biasanya membutuhkan dua tegangan pasokan, yaitu positif dan negatif untuk menjaga rentang penguatan yang lebih besar.
7. Op-Amp memiliki slew rate yang mengacu pada seberapa cepat Op-Amp yang dapat merespons perubahan tiba-tiba pada sinyal input. Op-Amp dengan slew rate yang tinggi mampu mengatasi sinyal dengan frekuensi tinggi atau perubahan cepat tanpa menyebabkan distorsi.
8. CMRR mengukur seberapa baik Op-Amp
dapat mengabaikan komponen
tegangan yang sama pada kedua inputnya. Semakin tinggi CMRR, maka
kemampuan Op-Amp dalam menghilangkan gangguan yang ada pada kedua input
akan semakin baik.
No comments:
Post a Comment